Drap...Drap... Drap... Terdengar Suara langkah kaki menyusuri koridor kelas 7 SMP Nusa bangsa itu Shinta orang terkaya di seantero SMP Nusa bangsa anak tunggal CEOdari perusahaan mebel terbesar di kota tersebut yang punya banyak cabang di kota lain bahkan di luar negeri dan maminya seorang desainer yang terkenal.
"Tiara, Icha tungguin dong main ninggalin aja" gerutu Sinta. Tiara dan Icha menghentikan langkahnya beberapa saat kemudian Sinta bisa saja cari langkah mereka
"Hai ,hai... lihat nih apa yang gue punya. " wah jam baru cantik banget" puji Icha. "Iya dong ini jam mewah dari Swiss, harganya puluhan sampai ratusan juta loh" Sinta pamer jam baru nya
"Lah, emang Lo aja yang punya barang mewah, gue juga punya,nih" Ciletuk Intan salah satu anggota geng mereka ia memamerkan tas dan sepatu barunya
"Ini barangnya dari Italia kualitasnya top, kasih hadiah dari papa gue waktu ulang tahun ke-13 bulan kemarin. Baru minggu lalu barangnya sampai, barengan sama sepatu cantik gue ini,kalo sepatu hadiah dari Mama. I love you mama and papa. Oh ya tas ini harganya 120jt dan sepatu ini harganya 80 juta ,mantapkan" gadis berambut pendek berbando pink tersebut tak mau kalah dari Sinta
"Widih mahal banget. kalau gue mah, nggak sanggup belinya. Gue biasa nya beli baju atau sepatu yang harganya satu atau dua jutaan belum ada apa-apanya dibanding Lo berdua" kata Tiara cengengesan.
"Enak ya punya bokap dan nyokap tajir melintir kayak lo berdua"
"Nggak juga kok biasa aja"jawab Intan.
"Eh, Shinta lo kenapa, Kok cemberut sih? Iri ya sama aku" goda Intan.Shinta makin cemberut,sebel digodain Intan."Iih Intan nyebelin deh" seruya dengan nada ketus.
Udah,jangan ribut, tugas kelompok bikin kerajinan yang disuruh pak guru kapan kita kerjain waktunya ada seminggu lagi? tanya Icha, keributan kecil itu akhirnya terputus.
"Emm... gimana kalau dirumah gue aja mapa gue lagi pergi keluar kota, gue dirumah cuman sama pembantu. Ada kalian kan jadi rame" tawar Shinta. "Oke deh jam berapa?" Tanya Tiara. " Jam empat sore gimana." Usul Shinta lagi. "Gue stuju". "Gue juga"."stuju"."Oke pada stuju semua nih,janji ya nanti jam empat sore dirumah Shinta,on time ya friends" ucap Icha menegaskan. " OKE..." Jawab mereka kompak
Tin..tin " eh..friends gue duluan ya,papa gue udah jemput,bye" ujar Tiara berpamitan. "Bye Tiara, jangan lupa kita ngerjain tugas bareng dirumah gue nanti sore" balas Shinta sambil berseru. "Siip gue akan ingat " jawab Tiara mengacungkan jempolnya.
"Kita bikin kerajinan kayak apa" tanya Intan
"Nggak tau nanti lah dipikirin, bahan nya tersedia banyak kok, sisa perusahaan mebel papi gue. kayu dan bambu berkualitas Bagus, cocok deh buat bikin kerajinan. Kalau ada bahan yang kurang bisa dibeli"
"Hhmm yaudah yuk pulang, see you"
"Ketemu lagi nanti sore"
Sore hari....
" Hai Shinta" sapa tiga sahabat tersebut
"Hai, Udah datang yuk langsung masuk aja ke rumah" sambut Shinta
" Nah, kita ngerjainnya disini. digudang,sih. Nggak papakan, soalnya biar mudah ambil peralatan nya"
"Nggak papa kok ngerjain digudang nggak buruk-buruk amat yang penting prakarya ntu jadi" kata Tiara
"Kita mau bikin apa ,kalian ada ide nggak " tanya Shinta
"Gue ada ide Shin, kita bisa bikin peralatan makan dari kayu dan bambu ini kan idenya langka dikalangan para siswa kalau hasilnya begus gue yakin kita pasti dapat nilai tinggi" ujar Icha memaparkan ide nya
" Bagus tuh idenya,yuk kita mulai bikinnya"
Mereka pun mulai membuat kerajinan tersebut . seminggu kemarin....
"Anak-anak silahkan kumpulkan tugas kelompok yang bapak berikan"
"Baik pak" jawab sekelas dengan kompak, berjalan berbondong-bondong kedepan kelas, sekarang meja panjang Disamping meja pak guru penuh dengan kerajinan para siswa.
" Semua kelompok sudah mengumpulkan?"tanya pak guru pada para siswa
" Sudah pak" jawab mereka
"Bagus, semua sudah mengumpulkan.Baiklah anak-anak untuk mendukung pembelajaran kita seputar kerajinan khas Indonesia, atas persetujuan kepala sekolah pada hari Minggu seluruh siswa kelas VII akan study tour ke Tasikmalaya. Kalian akan melihat langsung proses pembuatan kerajinan khas Indonesia yang sudah mendunia"
"Hore...study tour" seisi kelas riuh bersorak Sorai.
"Nanti kumpulkan uang iuran kalian 100 ribu per orang besok"lanjut pak guru
Di hari Minggu para siswa kelas VII sudah berkumpul di lapangan sekolah empat buah bis sudah menunggu.selesai arahan oleh pak guru mereka langsung naik ke bis masing-masing. Tak begitu lama bis- bis itu meluncur ke jalan raya. Beberapa jam kemudian bis-bis itu akhirnya sampai di tempat tujuan. Para siswa turun dari bis yang mereka tumpangi berkumpul dititik yang ditentukan.
" Anak-anak sebelum masuk ke kawasan sentra kerajinan ini kalian harus membentuk kelompok yang terdiri yang terdiri atas 4 sampai 6 orang. kalian harus berhati-hati jangan berpencar terlalu jauh dengan rombongan, kalian harus saling menjaga satu sama lain di dalam kelompok tersebut. kalian punya tugas ada dua yaitu tugas kelompok berupa wawancara dan tugas pribadi berupa menulis karangan tentang pengalaman kalian disini" jelas pak guru.
Shinta,Intan, Icha, dan Tiara setelah mendapat arahan tersebut mereka masuk ke kawasan itu. Shinta dan ketiga temannya tak menyangka bahwa produk Indonesia tak kalah bagusnya dengan produk luar negeri meski bentuknya sederhana.
Ada satu hal yang disayangkan itu kemakmuran masyarakat daerah tersebut tak jauh beda dengan daerah lain meski daerah ini merupakan sentra kerajinan yang sudah mendunia
Rombongan tersebut terus bergerak maju masing-masing kelompok siswa sudah mulai mencari narasumber untuk tugas wawancara mereka
Sinta and friends juga mulai mencari-cari narasumber tak lama kemudian mereka menemukan seorang ibu paruh baya yang sedang menganyam sepertinya ia akan membuat sebuah tas di samping ibu tersebut ada beberapa buah tas beberapa pasang terompah dan banyak kerajinan lainnya semua keterampilan ibu tersebut.
"Assalamualaikum, selamat siang Bu" sapa Tiara dengan ramah
Wa'alaikumsalam, eh silahkan duduk neng" kata ibu tersebut mempersilahkan
"Neng-neng ini rombongan study tour dari SMP Nusa Bangsa itu ya"
"Iya Bu, bu kami apa tugas wawancara dari kamu minta izin agar ibu tersedia jadi narasumber" Shinta memulai percakapan
"Oh, silakan neng"
" ini nggak mengganggu pekerjaan ibu, kan"
" nggak neng sedangkan aja nggak usah malu-malu, nggak usah khawatir ,neng"
"Hmm...apa sih bu kerajinan yang dihasilkan di sini?" Tanya Shinta
" kerajinan yang dihasilkan di sini banyak neng, nih ada gantungan kunci dari bambu dan tempurung kelapa, ada peralatan makan dari kayu dan bambu, aneka souvenir, ada ju tas anyam dari rotan dan ada juga terompah serta masih banyak lagi produk yang dihasilkan.Sebagian besar dari produk tersebut alhamdulillah sudah mendunia neng " jawab ibu tersebut antusias.
" ibu bekerja sebagai pengrajin sejak kapan,Bu" giliran Tiara yang bertanya " saya bekerja sebagai pengrajin sejak usia belasan neng, orang tua saya pun bekerja sebagai pengrajin, pekerjaan ini dilakukan turun temurun" jelas ibu tersebut penuh semangat
Intan mulai mencatat informasi yang mereka dapatkan mereka terus berdialog sampai 15 menit kemudian sampai ketika Icha bertanya
"Maaf bu saya ingin bertanya, tapi saya mohon maaf sekali lagi semoga ibu tidak tersinggung dengan pertanyaan saya, bukannya kerajinan di daerah ini sudah mendunia ya bu tapi mengapa kesejahteraan penduduknya masih agak kurang" Icha bertanya dengan nada ragu ketiga temannya menatap tajam kepadanya, beberapa saat kemudian mereka semua jadi salah tingkah takut ibu tersebut marah.
Di luar dugaan ibu tersebut malah tersenyum lalu berkata
"ya begitulah neng produk kita masih kalah saing dengan produk luar produk luar lebih diminati dibanding produk kita. kita ya mau bagaimana lagi neng kita berharap orang luar negri memakai produk kita, di negara kita sendiri masih banyak orang yang yang enggan memakai produk dalam negeri"
Sinta dan teman-teman terdiam mereka menyadari kesalahan mereka yang lebih suka memakai barang luar negeri daripada barang dalam barang buatan dalam negeri
"Maaf Bu apa ibu tersinggung dengan pertanyaan saya tadi sekali lagi maafkan saya ya, Bu " pinta Icha
"Nggak apa, neng toh jadi pengrajin, hasilnya dijual uang dari penjualannya sedikit atau banyak akan berguna bagi kemakmuran dan kesejahteraan negara kita neng" balas ibu tersebut dengan lembut
"Terima kasih ya bu sudah mau jadi narasumber kami" Intan yang sedari tadi diam angkat bicara.
" Sama-sama neng saya pun senang ketemu neng semua" kata ibu itu sembari tersenyum
" Teman yuk, beli oleh-oleh" seru Shinta ia mengambil beberapa souvenir kerajinan ibu itu.
"Oke Ayuk..." Balas teman temannya, mereka menyerbu souvenir tersebut.
Setelah puas berbelanja mereka pamit pada ibu itu. "Bu kami pamit dulu ya, bu. Terima kasih, bu. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam,
Saat perjalanan pulang Shinta merenungkan kata-kata ibu pengrajin tadi, ia merasa tertampar kenyataan para pengrajin di Indonesia.Ia selama ini sibuk dengan barang-barang mewah dari luar negeri padahal barang-barang buatan Indonesia tak kalah bagusnya dengan barang buatan luar negeri ,ternyata tak hanya Shinta yang merasa demikian tapi juga ketiga teman-temannya Intan, Icha ,dan Tiara juga merasakan hal sama dalam hati mereka berjanji akan merubah sikap mereka, untuk mencintai produk dalam negeri.
Komentar
Posting Komentar